Kasus positif Covid-19 atau Virus Corona di Indonesia pertama kali dikonfirmasi pada Senin (2/3) diumumkan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo. Sejak hari itu, jumlah kasus postif Covid-19 makin bertambah setiap harinya. Beberapa pasien dinyatakan negatif, ada pula yang telah sembuh, namun banyak juga pasien yang meninggal dunia. Data terbaru saat ini dari Media Informasi Resmi Terkini Penyakit Infeksi Emerging Kemenkes, dari total 9.096 kasus positif Covid-19, tercatat 7.180 orang dalam perawatan, 1.151 orang dinyatakan sembuh, dan 765 meninggal dunia.
Beberapa negara telah menerapkan lockdown terhadap warga negaranya, artinya setiap warga negara tidak boleh meninggalkan sebuah gedung atau kawasan dengan bebas kecuali saat keadaan darurat. Tujuan hal tersebut untuk menekan terjadinya penyebaran virus. Kebijakan ini diterapkan seperti di negara Italia, Malaysia, Perancis, China, Spanyol, dan lain-lain. Berbeda dengan negara yang lain, pada Senin (16/3) Presiden Jokowi memberlakukan kebijakan untuk tetap produktif di rumah mulai dari kegiatan bekerja, belajar hingga beribadah serta physical distancing yang perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 yang menyerang saluran pernapasan tersebut. #dirumahaja menjadi trending di jagad raya Twitter dengan 13K tweets.
Selain keluhan warganet melalui cuitan Twitter, Liputan6 melansir berita (7/4) tentang driver taksi online yang bunuh diri akibat nganggur karena pandemi corona ini. Beliau melakukan hal tersebut karena terbelit membayar cicilan mobil ditambah lagi dengan situasi wabah saat ini. Kebijakan untuk tetap produktif di rumah dan physical distancing, sedikit banyaknya menimbulkan masalah, baik itu masalah jarak secara emosional dengan orang lain yang awalnya dapat saling memberikan dukungan, masalah ekonomi, masalah tugas online para pelajar dan mahasiswa hingga masalah kesehatan mental. Bagi sebagian orang, hal ini menjadi suatu tekanan yang besar. Apalagi saat ini masyarakat dihantui dengan kecemasan dan kebingungan karena ketidakpastian kapan pandemi corona akan berakhir. Bila tidak dikendalikan hal tersebut akan berdampak negatif terutama pada kesehatan mental setiap individu. Sehingga pandemi Covid-19 ini tidak hanya mengancam kesehatan fisik, namun juga mengancam kesehatan mental.
Gangguan kesehatan mental yang terjadi pada masa pandemi dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari physical distancing atau jaga jarak yang dapat menimbulkan rasa bosan dan frustasi. Setiap individu dapat merasakan dampak terhadap mental mereka seperti rasa kurang bersemangat, murung, cemas, insomnia, dan rasa ingin keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang lain ataupun kecemasan pemenuhan akan kebutuhan sehari-hari. Bagi mereka yang sedang dikarantina akan timbul rasa terasingi dari orang lain, kesepian karena jauh dari keluarga dan orang yang mereka sayangi. Apalagi pada era modern saat ini, banyak informasi simpang siur atau kurang tepat yang menyebar di masyarakat dari berbagai sumber yang dapat menimbulkan rasa kebingungan dan kecemasan, yang mengindikasikan telah terusiknya kesehatan mental.
Hal-hal tersebut akan memberi dampak kesehatan mental pada orang yang sehat. Mirisnya lagi dapat memperparah keadaan mental bagi mereka yang telah memiliki masalah kesehatan mental seperti gangguan depresi, gangguan kecemasan, obsessive-compulsive disorder (penderitanya terganggu oleh pikiran sehingga penderitanya melakukan suatu tindakan secara berulang), gangguan psikotik, dan lain-lain. Setiap individu pastinya memiliki reaksi psikologis yang berbeda terhadap situasi yang membuat mereka stres. Cara kita merespon pandemi Covid-19 ini bergantung pada latar belakang masing-masing orang. Ada orang yang merespon kuat secara fisik dan mental terhadap krisis pandemi Covid-19, namun ada juga beberapa kelompok berisiko mengalami stres psikologi selama pandemi Covid-19 seperti lansia, anak-anak, penderita penyakit kronis, tenaga kesehatan yang berperan sebagai fort-line saat pandemi berlangsung, dan orang yang memiliki gangguan kesehatan mental.
Bagi sebagian orang, hal ini menjadi suatu tekanan yang besar. Apalagi saat ini masyarakat dihantui dengan kecemasan dan kebingungan karena ketidakpastian kapan pandemi corona akan berakhir. Bila tidak dikendalikan hal tersebut akan berdampak negatif terutama pada kesehatan mental setiap individu. Sehingga pandemi Covid-19 ini tidak hanya mengancam kesehatan fisik, namun juga mengancam kesehatan mental.
Gangguan kesehatan mental yang terjadi pada masa pandemi dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari physical distancing atau jaga jarak yang dapat menimbulkan rasa bosan dan frustasi. Setiap individu dapat merasakan dampak terhadap mental mereka seperti rasa kurang bersemangat, murung, cemas, insomnia, dan rasa ingin keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang lain ataupun kecemasan pemenuhan akan kebutuhan sehari-hari. Bagi mereka yang sedang dikarantina akan timbul rasa terasingi dari orang lain, kesepian karena jauh dari keluarga dan orang yang mereka sayangi. Apalagi pada era modern saat ini, banyak informasi simpang siur atau kurang tepat yang menyebar di masyarakat dari berbagai sumber yang dapat menimbulkan rasa kebingungan dan kecemasan, yang mengindikasikan telah terusiknya kesehatan mental.
Hal-hal tersebut akan memberi dampak kesehatan mental pada orang yang sehat. Mirisnya lagi dapat memperparah keadaan mental bagi mereka yang telah memiliki masalah kesehatan mental seperti gangguan depresi, gangguan kecemasan, obsessive-compulsive disorder (penderitanya terganggu oleh pikiran sehingga penderitanya melakukan suatu tindakan secara berulang), gangguan psikotik, dan lain-lain. Setiap individu pastinya memiliki reaksi psikologis yang berbeda terhadap situasi yang membuat mereka stres. Cara kita merespon pandemi Covid-19 ini bergantung pada latar belakang masing-masing orang. Ada orang yang merespon kuat secara fisik dan mental terhadap krisis pandemi Covid-19, namun ada juga beberapa kelompok berisiko mengalami stres psikologi selama pandemi Covid-19 seperti lansia, anak-anak, penderita penyakit kronis, tenaga kesehatan yang berperan sebagai fort-line saat pandemi berlangsung, dan orang yang memiliki gangguan kesehatan mental.
Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan beberapa gangguan kesehatan fisik dan mental yang dapat ditimbulkan selama pandemi infeksi Covid-19 yaitu:
- Rasa takut dan khawatir yang berlebihan akan kesehatan serta keselamatan diri sendiri dan orang yang kita cintai,
- Gangguan pada pola tidur dan pola makan,
- Kesulitan dalam berkonsentrasi,
- Timbulnya gangguan obsesif compulsif, yaitu gangguan mental yang menyebabkan penderitanya melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang, contohnya mencuci tangan berulang kali dan membersihkan rumah serta lingkungan secara terus-menerus,
- Gangguan psikosomatis, timbulnya sensasi rasa sakit atau masalah pada fungsi tubuh padahal pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pencitraan tidak ditemukan adanya kelainan,
- Memperburuk kondisi kesehatan pada penderita penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes meliitus, kanker, dan lain-lain,
- Munculnya gejala umum seperti masalah kesehatan lain misalnya demam, batuk, bersin bisa disalahartikan sebagai Covid-19 dan menyebabkan rasa takut terinfeksi,
- Penyalahgunaan dalam konsumsi alkohol dan obat-obatan.
Melihat paparan dari Centers for Disease Control and Prevention diatas, dapat kita ketahui bahwa masalah kesehatan mental pada masa pandemi ini cukup serius sehingga perlu diatasi. WHO sendiri telah mengeluarkan beberapa tips yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kesehatan mental selama pandemi Covid-19, yaitu:
- Anda dapat beristirahat sebentar dari menonton, membaca, atau mendengarkan berita, termasuk dari media sosial. Mendengarkan berita tentang pandemi berulang kali bisa memicu stres dan rasa cemas. Selain itu, pada masa pandemi ini banyak berita yang tidak jelas kebenarannya, oleh karena itu Anda dapat memilih informasi hanya dari sumber terpercaya seperti situs web WHO dan platform kesehatan pemerintah sehingga Anda dapat mengambil langkah-langkah praktis untuk melindungi diri Anda dan orang-orang terkasih,
- Jaga tubuh Anda, dapat melakukannya dengan berbagai cara seperti melakukan meditasi serta peregangan, berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, cobalah untuk makan makanan sehat dan seimbang, dan luangkan waktu untuk bersantai dengan melakukan aktivitas fisik, dengan melakukan hal tersebut, tubuh Anda akan mengeluarkan hormone endorphin yang dapat meredakan stres, mengurangi rasa khawatir, dan memperbaiki mood Anda,
- Hindari merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang, paru-paru perokok merupakan “surga” bagi virus corona untuk berkembang serta kebiasaan buruk tersebut akan mengganggu kesehatan fisik dan mental Anda,
- Buatlah list kegiatan Anda. Selama #dirumahaja Anda bisa melakukan aktivitas yang Anda sukai, seperti memasak, berkebun, nonton series drama, hal-hal tersebut dapat mengurangi rasa jenuh yang Anda alami,
- Jaga komunikasi dengan orang lain,walaupun pemerintah kita menerapkan physical distancing, tetapi kita tetap bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang kita sayangi baik melalui pesan singkat, telepon, atau video call, berbicaralah pada orang yang Anda percayai tentang kekhawatiran serta kecemasan Anda, dengan melakukan hal tersebut, maka tekanan atau rasa beban yang Anda alami akan berkurang, 6)rasa takut dan cemas merupakan hal yang wajar selama masa pandemi seperti ini, cobalah untuk selalu bersyukur dan berpikiran positif.
Jadi, mari kita hadapi wabah corona tanpa terpancing kepanikan maupun anxiety, niscaya dapat membantu Anda menjaga kesehatan mental dan fisik di tengah pandemi global ini.
Chataya Syah Dhafa Siregar adalah mahasiswi Prodi Pendidikan Dokter Universitas Malikussaleh
Artikel ini telah tayang di harian Rakyat Aceh pada hari Rabu, 29 April 2020